- Telepon : +(62) 811 555 1962
- Email : humas@unmul.ac.id
- Jam Kerja : Senin - Jumat : 08:00 - 16:00
Universitas Mulawarman
Universitas Mulawarman (UNMUL) melalui Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) menyatakan dukungan penuh terhadap upaya mendaftarkan Prasasti Yupa dari Kerajaan Kutai ke dalam daftar Memory of the World UNESCO. Kegiatan sosialisasi ini digelar di Ruang Lecture Theatre lantai tiga Gedung Prof. Dr. H. Masjaya, M.Si., UNMUL HUB, dengan melibatkan dosen, mahasiswa, dan sejumlah pemangku kepentingan.
Dekan FKIP UNMUL yang diwakili oleh Wakil Dekan Bidang Keuangan dan Umum, Prof. Dr. H. Muhammad Nurhadi, M.Si., dalam sambutannya menegaskan bahwa Prasasti Yupa adalah warisan berharga bangsa Indonesia yang harus dijaga bersama. “Prasasti Yupa bukan hanya simbol sejarah lokal Kalimantan Timur (Kaltim), tetapi juga bukti awal peradaban tulis di Indonesia. Pengakuan UNESCO akan menjadi kebanggaan sekaligus pengingat bagi kita semua akan pentingnya menjaga dan mewariskan pengetahuan sejarah kepada generasi berikutnya,” ujar Prof. Nurhadi.
Ia menambahkan, FKIP UNMUL berkomitmen mendukung penelitian, pendidikan, dan sosialisasi budaya agar nilai-nilai sejarah bangsa tetap hidup. “Keterlibatan mahasiswa dan dosen dalam kegiatan ini menjadi langkah positif untuk memperkuat peran akademik dalam pelestarian budaya,” ujar Prof. Nurhadi.
Sementara itu, Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Dr. Mego Pinandito, M.Eng., yang turut hadir melalui zoom menekankan bahwa pelestarian Prasasti Yupa tidak hanya menjadi tanggung jawab akademisi, tetapi seluruh elemen bangsa.
“Prasasti Yupa adalah bukti nyata bahwa Indonesia memiliki tradisi literasi, pemerintahan, dan tata kelola sejak berabad-abad lalu. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat menjadi inspirasi bagi tata kelola pemerintahan dan pembangunan bangsa di masa kini,” jelasnya.
Senada dengan Kepala ANRI, Staf Ahli Menteri Kebudayaan Bidang Hubungan Antar Lembaga, Prof. Dr. Ismunandar, menjelaskan pengajuan Yupa ke UNESCO bertujuan menjaga jejak sejarah bangsa.
“Program Memory of the World ini untuk memastikan masyarakat tidak amnesia sejarah. Dokumen atau prasasti yang signifikan dicatat di UNESCO, kemudian dipelihara agar bisa diwariskan kepada generasi berikutnya,” jelas Prof. Ismunandar.
Kepala BPK Wilayah XIV Kaltim–Kaltara, Lestari, S.Si., M.P., menuturkan bahwa dukungan dari berbagai pihak, termasuk akademisi dan pemerintah daerah, menjadi modal penting dalam pengajuan ini.
“Prasasti Yupa bukan hanya bukti awal sejarah tulisan di Indonesia, tetapi juga menegaskan bahwa sejak abad ke-4 masyarakat kita telah berinteraksi dengan budaya internasional dan mampu mengadaptasinya sesuai konteks lokal,” tuturnya.
Acara sosialisasi ini juga menjadi momentum memperkenalkan kembali sejarah Kutai sebagai kerajaan tertua di Nusantara kepada generasi muda. Dengan pengakuan UNESCO, warisan budaya dari Kutai Kartanegara tersebut diharapkan mendapat perhatian lebih luas, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Penulis: Hanny Fakhriah Safitri
Editor: Sulkarnain
Foto: Hartanto
Tanggal : 08 September 2025