- Telepon : +(62) 811 555 1962
- Email : humas@unmul.ac.id
- Jam Kerja : Senin - Jumat : 08:00 - 16:00
Universitas Mulawarman
Seorang dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman (FEB UNMUL), Samarinda, Kalimantan Timur, Rizky Yudaruddin, S.E., M.M., berhasil mencatatkan prestasi membanggakan di tingkat internasional. Ia dinobatkan sebagai salah satu dari 2% ilmuwan paling berpengaruh di dunia versi Stanford University, Amerika Serikat. Pengakuan ini menempatkannya sejajar dengan para akademisi dari perguruan tinggi ternama seperti ITB, UGM, dan UNHAS.
“Sebenarnya saya tidak menyangka bisa sampai ke titik ini. Saya hanya fokus meneliti, menulis, dan berkolaborasi. Tapi ketika hasilnya diakui secara internasional, tentu itu membanggakan, bukan hanya untuk saya pribadi, tapi juga untuk UNMUL,” ujarnya dengan nada rendah hati saat diwawancarai, Senin (06/10/2025).
Capaian ini bukanlah hasil semalam. Ia menjelaskan bahwa selama tiga tahun terakhir, dirinya terus aktif melakukan publikasi internasional yang kemudian tercatat dalam SINTA Score sebuah indikator produktivitas dosen dalam penelitian dan publikasi ilmiah. Dari indikator itulah namanya muncul di peringkat pertama se-Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
Namun yang membuatnya menonjol bukan sekadar jumlah publikasi, melainkan topik penelitian yang unik dan relevan dengan situasi global. Bersama tim peneliti dari Amerika, Dubai, Turki, dan Malaysia, ia meneliti bagaimana perang dan konflik geopolitik memengaruhi perilaku investor dunia.
“Kami meneliti perang Rusia-Ukraina, Israel-Hamas, sampai ketegangan antara AS dan kelompok Houthi. Menariknya, ketika konflik meningkat, investor justru berbondong-bondong masuk ke sektor energi, terutama perusahaan pengayaan uranium. Padahal itu sektor yang terkait erat dengan nuklir. Tapi di balik konflik, ada peluang ekonomi yang tidak semua orang lihat,” jelas Rizky.
Temuannya ini kemudian menjadi rujukan banyak peneliti dan analis pasar global. Ia mampu memetakan reaksi pasar saham internasional di saat krisis, dan dari sanalah pengaruhnya menjalar hingga diakui di tingkat dunia.
Penelitian berikutnya justru membawa ia dan timnya pada medan yang berbeda: perang dagang Amerika Serikat dengan negara-negara mitra utamanya. Menurutnya, dampak perang dagang lebih luas dibandingkan perang militer. “Kalau perang militer, efeknya kuat di negara sekitar. Tapi perang dagang? Itu merembes ke semua negara. Apalagi negara yang punya surplus perdagangan dengan Amerika—termasuk Indonesia. Mereka yang paling bereaksi,” katanya.
Dari riset tersebut, ia menemukan bahwa sektor makanan dan minuman justru menjadi penyelamat di tengah perang dagang. “Berapa pun tarifnya, orang tetap butuh makan dan minum. Jadi industri makanan dan minuman tetap diminati investor, bahkan tumbuh di tengah ketegangan perdagangan internasional. Itu menarik, karena secara teori mestinya semua sektor tertekan, tapi kenyataannya tidak,” tambahnya sambil tersenyum.
Lebih dari sekadar angka dan grafik, penelitian ini juga membawa refleksi bagi kebijakan pemerintah. Ia menemukan bahwa stabilitas militer bisa menenangkan investor. Namun jika berlebihan, justru memicu perlombaan senjata. “Kami masih mencari titik keseimbangannya. Negara perlu kuat agar stabil, tapi juga harus bijak agar tak menimbulkan eskalasi baru,” tuturnya.
Di tengah kesibukannya menulis dan berkolaborasi lintas negara, ia tetap kembali ke ruang kelas, mengajar, membimbing mahasiswa, dan berbagi inspirasi. Ia percaya, ilmu pengetahuan seharusnya tidak berhenti di jurnal, melainkan hidup dalam praktik dan pemikiran mahasiswa.
“Saya harap prestasi ini bukan berhenti di saya. Suatu saat, akan ada lebih banyak dosen-dosen Unmul yang masuk daftar 2% ilmuwan dunia. Itu mimpi saya. Karena riset yang kuat akan membuat universitas kita diakui, bukan hanya di Indonesia, tapi di dunia,” pungkasnya dengan senyum penuh keyakinan.
Kini, dari Samarinda, namanya tercatat bersama ratusan ilmuwan dunia yang risetnya membentuk cara dunia memahami krisis dan pasar. Sebuah bukti bahwa dedikasi dan kolaborasi bisa menembus batas ke panggung akademik global.
Penulis: Hanny Fakhriah Safitri
Editor: Sulkarnain
Tanggal : 06 Oktober 2025