Universitas Mulawarman

Berita

Universitas Mulawarman

Hari Ibu: Antara Pandemi dan Waktu

Oleh: Rina Juwita*

 

Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

 

Pada Hari Ibu tahun 2020 ini, ada begitu banyak hal diberikan oleh pandemi kepada kita. Bahkan tampaknya lebih sulit menemukan kado yang biasanya diberikan orang-orang terkasih, di antara kelelahan yang dirasakan para ibu, tantrum dan pertengkaran antara kakak dan adik, serta tugas dan juga antrian pekerjaan yang harus dilakukan dari rumah.

 

Waktu.

Para orang tua yang telah memiliki anak-anak memasuki usia dewasa kerap mengatakan; untuk “tambah lagi lah, itu masih kurang lho..” Karena menurut mereka, hanya sekedip mata, huff, dan mereka bertumbuh besar, dewasa. Gangguan mereka yang tanpa henti di kamar tidur, teriakan dan tangisan, penunggu kecil di depan pintu kamar mandi, akan segera berakhir tanpa terasa.

Satu hari, anak-anak kecil itu tumbuh besar, dan mungkin pergi, mencari dan menemukan jalan hidupnya sendiri. Bahkan bisa jadi, banyak di antara mereka, yang mungkin akhirnya bisa, atau mau pulang ke rumah, justru karena pandemi ini.

Ada sesuatu, yang kita dapatkan, dengan cara yang mungkin tidak akan pernah kita dapatkan lagi,  dalam hidup ke depannya. Ada sesuatu, yang luar biasa, tentang kondisi yang menahan kita untuk pergi dengan bebas, kemana saja. Sesuatu itu ada di sini. Saat ini. Bersama kita.

Pandemi ini telah menciptakan tantangan tersendiri, meskipun tidak dialami oleh semua orang. Para orang tua dengan anak usia dini, para ibu tunggal, para ibu yang masih belum merasa aman di rumah, yang tidak punya ruang kreasi, yang kehilangan mata pencaharian, para ibu yang berada di garda depan; yang saat ini berhadapan dengan berbagai kesulitan dan hampir tidak melihat celah harapan sedikit pun.

Pun demikian, ada juga banyak ibu yang cukup beruntung bisa merasakan aman, di rumah dengan anak-anaknya. Pandemi justru memberikan kesempatan, untuk bisa menyaksikan, berbagai peristiwa penting, yang kerap terlewatkan. Untuk bisa dekat dan hadir, dengan cara yang sulit didapatkan, saat hidup bergerak normal. Untuk memulihkan, dan menghubungkan kembali, dengan anak-anak yang telah kita lepaskan, untuk pergi mencari jati diri.

 

Di tengah penderitaan, selalu ada harapan dan pelajaran.

Tak ada yang meragukan, betapa sulitnya peran orangtua saat ini. Harus bisa menjadi guru, teman, orang tua dan yang lainnya. Memainkan semua peran, yang biasanya dimainkan oleh anggota masyarakat. Tetapi jika kita bisa memanfaatkan penuh momen ini, maka inilah peluang langka, untuk benar-benar bisa hadir, dalam hidup anak-anak kita.

Para ibu dengan anak usia dini, mungkin tidak mudah menemukan berkah, dari situasi ini. Anak-anak kecil tersebut, belum mampu memahami dunia, dengan tatanan baru ini. Kesulitan yang dialami orang tuanya, atau pengertian yang kita orang dewasa harapkan darinya.

Bagi para ibu pekerja, mendengarkan tangisan bayi, rengekan batita, atau permintaan perhatian dari si balita, sungguh bukan hal mudah. Pun juga bagi para ibu penuh waktu, yang semakin sulit menemukan waktu bersosialisasi, ruang terbuka untuk sekedar menghela nafas, atau kegiatan luar lainnya untuk melarikan diri sesaat, dari anarki yang terjadi di rumah.

Seorang teman, Jeni, harus berada di rumah dengan dua anaknya, yang berusia 2 tahun dan 4 tahun. Sesaat sebelum pandemi, ia baru dipromosikan, menjadi manajer pemasaran sebuah perusahaan. Bekerja dari rumah dengan ditemani oleh dua balita, penuh kerusuhan.

Ada tepung yang dibuka paksa, dan bertebaran laksana salju. Ada semakin banyak coretan, yang menghiasi dinding dan lantai, bukannya kertas dan kanvas. Dan yang tak kalah menimbulkan frustrasi, tebaran tisu yang membutuhkan waktu untuk disusun kembali.

Namun Jeni tetap bersyukur atas kesempatan itu. Dia bercerita, anak-anaknya semakin memiliki ikatan yang kuat sebagai saudara. Waktu yang dia habiskan bersama dengan sang suami, yang juga harus bekerja dari rumah, ternyata membantu meningkatkan kemampuan berkomunikasi duo balita. Ada lebih banyak waktu untuk memasak dan makan bersama. Simple happiness, ujarnya. Karena sebelumnya, hidup terlalu sibuk, dengan berbagai acara dan kegiatan sosial.

Dwi, seorang teman lainnya. Ibu pekerja dengan anak berusia 4 tahun dan 6 tahun. Pandemi ini memberikannya kesempatan, untuk bisa mengenal anaknya lebih dalam lagi, apa yang mereka suka dan tidak suka. Yang biasanya ia selalu delegasikan asisten untuk membantu. Kali ini ia tau, kalau anak perempuannya, ternyata penggemar Polly Pocket. Bukan Hello Kitty, yang kerap ia bawakan. Karena ia tak tahu.

 

Pelajaran dari pandemi

Banyak aktivitas harus ditiadakan. Tidak ada jadwal nonton bioskop, pesta ulang tahun, atau bergurau di arena bermain. Tidak banyak acara, yang bisa dilakukan bebas seperti dahulu. Kembali ke permainan masa lalu, monopoli, ular tangga, scrabble dan uno, naik sepeda, atau sekedar berjalan-jalan, di sekitar rumah.

Pandemi ini, sudah memperlambat kehidupan manusia. Banyak di antara kita tidak menyadari, betapa cepat dan konstannya kita bergerak, sampai akhirnya dipaksa berhenti. Diam. Yang kemudian diharapkan untuk bisa tetap bertahan.

Biasanya, dulu, hidup kita tak berhenti, 24/7. Sibuk, sibuk, sibuk, ke sana kemari, tanpa henti. Dan tiba-tiba berhenti. Kita bisa melakukan banyak hal, yang dulu kerap terlewat. Bersama keluarga. Bersama anak-anak. Banyak ibu yang akhirnya mencintai, gaya hidup masa pandemi. Sambil tetap terus mencari, pola yang tepat untuk tatanan normal baru, masa kini.

Pandemi ini banyak ditandai dengan kesulitan. Tidaklah juga salah jika para ibu, pun berhak mendapatkan waktu untuk dirinya sendiri, tanpa selalu digantungi, dengan urusan buah hati. Banyak di antara kita, para ibu, yang akan sangat senang, diajak menikmati sajian luar rumah, untuk Hari Ibu ini. Atau mendapat sebuket bunga, tanda cinta, dari buah hati dan suami. Namun dalam kondisi luar biasa saat ini, di antara terbatasnya pilihan, banyak ibu terus berupaya, menemukan cara untuk tetap bisa bersyukur.

Pandemi ini, telah merampas banyak hal, dari setiap kita. Namun sebenarnya, pandemi pun telah memberi kita, waktu, untuk bisa bersama orang yang kita kasihi. Inilah kesempatan, untuk melakukan hal, yang dulu kerap kita lewatkan. Selamat Hari Ibu, bagi para ibu yang terus berjuang, melewati masa pandemi. 

Tanggal : 22 Desember 2020

Universitas Mulawarman