- Telepon : +(62) 811 555 1962
- Email : humas@unmul.ac.id
- Jam Kerja : Senin - Jumat : 08:00 - 16:00
Universitas Mulawarman
Di tengah maraknya mahasiswa yang mengejar IPK sempurna, lomba-lomba prestisius, atau viral di media sosial, Charlos Falentino memilih jalur yang jarang dilirik menjadi pelita di daerah yang nyaris terlupakan. Sebuah keputusan yang membuatnya berbeda, sekaligus membawanya menjadi salah satu sosok muda paling inspiratif di kampusnya.
Mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNMUL angkatan 2022 ini memang bukan mahasiswa biasa. Ia sudah mengoleksi lebih dari 100 penghargaan sejak duduk di bangku SD, dari akademik hingga debat. Namun, ia merasa ada yang lebih penting dari sekadar piala.
“Prestasi itu penting, tapi lebih penting lagi bagaimana kita memanfaatkannya untuk orang lain,” ungkapnya saat di wawancarai oleh Humas UNMUL.
Kesadaran itu yang mendorong Charlos terjun langsung ke Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), tempat di mana sinyal sulit ditemukan, dan murid-murid sering belajar tanpa guru tetap. Bukannya mengeluh, ia justru menganggap pengabdian ini sebagai panggilan.
“Aku ingin talenta yang Tuhan kasih tidak berhenti di meja presentasi. Aku ingin itu berguna untuk orang yang benar-benar butuh,” tuturnya.
Dedikasinya pun berbuah. Tak hanya membawa perubahan di Kabupaten Mahakam Ulu, tapi juga membawanya menjadi Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) tingkat Universitas Mulawarman. Ia bahkan terpilih mewakili kampusnya di ajang Clash of Champions (COC) Season 2, program pencarian inspirator muda dari seluruh Indonesia yang diinisiasi Ruangguru.
Namun penghargaan itu tak membuatnya berhenti. Sebaliknya, ia merancang langkah yang lebih besar: mendirikan komunitas pendidikan non-profit yang akan menyasar daerah 3T. Fokusnya bukan hanya pengajaran akademik, tetapi juga pelatihan olimpiade, debat, dan pengembangan karakter siswa.
“Kalau dulu aku ke Mahulu sendiri, nanti aku ingin kembali bersama tim. Aku ingin bangun sistemnya, bukan lagi sekadar momen,” tegasnya.
Ia bermimpi komunitas ini bisa mengirim pengajar ke pelosok-pelosok seperti Mahulu secara reguler, agar dampak pendidikan tak hanya datang sesekali.
Kisah Charlos menjadi bukti bahwa mahasiswa bukan sekadar agen perubahan dalam teori. Dengan semangat, empati, dan aksi nyata, mereka bisa menjadi jawaban atas masalah bangsa yang tak kunjung selesai dari ketimpangan pendidikan hingga putus asa generasi muda di pelosok.
“Kalau nanti aku dipanggil Tuhan, aku ingin kembali dengan hati yang penuh. Sudah aku maksimalkan semua talenta yang Tuhan kasih,” pungkasnya.
Penulis: Hanny Fakhriah Safitri
Editor: Sulkarnain
Tanggal : 07 Agustus 2025